BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan
rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang
atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-apakan
lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar
dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi bibit
penyakit di kemudian hari.
Pertambahan
jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan
jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah.
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil
teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi
suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan
kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan
pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi
lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.
Berdasarkan
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah
dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Apresiasi pemerintah dan
masyarakat selalu dituntut untuk melakukan pengelolaan sampah sehingga pada
gilirannya sampah dapat diolah secara mandiri dan menjadi sumberdaya.
Mencermati fenomena di atas
maka sangat diperlukan model pengelolaan sampah yang baik dan tepat dalam upaya
mewujudkan perkotaan dan perdesaan yang bersih dan hijau.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah
ini adalah :
1. Pengertian
pencemaran sampah yang termasuk pencemaran ?
2. Apa saja
jenis-jenis sampah ?
3. Bagaimanakah
pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup ?
4. Upaya-upaya
pengelolaan sampah ?
5. Pemanfaatan sampah rumah tangga ?
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
Selain itu penyusunan ini juga untuk membuka jendela pengetahuan tentang
permasalahan pengolahan sampah yang ada saat ini. Harapan penulis adalah agar
makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, akan tetapi bermanfaat
juga bagi meraka yang membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan semata . Selain itu juga bertujuan sebagai
berikut :
1. Mengurangi pengrusakan lingkungan oleh limbah-limbah rumah
tangga.
2.
Memberikan salah satu solusi cerdas pengolahan limbah rumah tangga.
3. Mengolah limbah rumah tangga menjadi barang yang berdaya
guna.
Makalah ilmiah ini disusun, diharapkan dapat
emberikan salah satu solusi penanganan limbah rumah tangga sehingga
meminimalisir terjadinya pengrusakan lingkungan oleh limbah-limbah rumah
tangga.
BAB II. ISI
2.1 Hasil Observasi
Sebelum
kita membahas pengolahan sampah melalui teori . Sekarang Saya akan memaparkan
hasil observasi yang telah Saya lakukan jauh hari sebelum Saya membuat makalah
ini . Observasi ini Saya lakukan di tiga tempat . Tempat pertama Saya lakukan
di Pajak Brayan Jalan.Pertempuran P.Brayan Kota Medan . Observasi yang ke dua
Saya lakukan di TPS Jalan.Perbatasan Metal . Observasi yang ke tiga adalah di
UPTD TPA Terjun Jalan.Marelan Pasar V .
2.1.1 Hasil Observasi di Pajak Brayan
Identitas Petugas Pajak
Nama : Darsih
Umur : 40 Tahun
Tempat
Berkerja : Pajak Brayan
Lama
Bekerja : Dari 1985 (28
Tahun)
Gambar.Proses Wawancara
Tugas
Buk Darsih adalah menyapu dan mengumpulkan sampah yang berserakan di sekitar Jalan.Pertempuran
P.Brayan Kota Medan , di dalam Pajak Brayan . Biasanya tugas menyapu dilakukan
oleh Petugas Dinas Kebersihan yang Perempuan . Buk Darsih dalam satu tim ada
3-5 orang . Setelah sampah dikumpulkan kemudian ada Petugas Dinas Kebersihan
Laki-laki menggunakan Mobil sampah . Biasanya Mobil sampah berwarna kuning . Sampah
yang telah dikumpulkan oleh Buk Darsih kemudian di letakkan di dalam Mobil
sampah . Setelah sampah di dalam Mobil penuh kemudian sampah akan di angkut ke
TPA .
Proses
Wawancara Saya tidak dapat terlalu lama , karena Buk Darsih harus lanjut lagi
menyelesaikan tugasnya . Karena sewaktu Saya mewawancarainya Buk Darsih masih
dalam jam kerja . Menurut hasil pengamatan Saya , Buk Darsih dan Timnya sangat
bekerja secara efektif mungkin . Karena dari yang Saya lihat di sekitar
Jalan.Pertempuran ini sangat bersih dan rapi .
Gambar.Proses Wawancara
Gambar.Petugas Dinas Kebersihan sedang Bertugas
2.1.2
Hasil Observasi di TPS
Hasil
observasi Saya tidak selesai di Pajak Brayan saja . Saya lanjut pergi ke TPS
Jalan.Perbatasan Metal yang menurut informasi yang Saya dapat katanya di tempat
ini sampah tidak diolah dan di biarkan menumpuk dan menggunung.
Identitas Petugas
Nama : Binyamin
Umur : 63 Tahun
Tempat
Tinggal : Jalan.Perbatasan Metal
Gg.Keluarga
Tempat
Bekerja : TPS Jalan.Perbatasan
Metal
Lama
Bekerja : Sejak 1997-2012 (15
tahun)
Gambar.Proses Wawancara
Di TPS Jalan.Perbatasan Metal ini
sampah di biarkan menumpuk dan tidak ada upaya dari Dinas Kebersihan . Menurut
informasi yang Saya dapat dari Pak Binyamin dulunya di sini ada tong sampah
yang besar yang digunakan untuk menampung sampah dari masyarakat . Namun,
setahun belakangan ini tong itu di pindahkan ke Brayan sehingga sampah
masyarakat di wilayah ini menjadi menumpuk dan dibiarkan tanpa penanganan .
Seperti yang dapat kita lihat melalui gambar berikut ini :
Gambar.Suasana di TPS Jalan.Perbatasan Metal
Seperti
yang dapat kita lihat. Pada gambar tersebut sampah – sampah di buang dan
dibiarkan menumpuk tanpa ada pengolahan . Kata Pak Binyamin sampah di sini di
hantarkan oleh masyarakat disini . Sewaktu Saya observasi kesana Saya melihat
ada bangkai anjing yang sengaja di buang oleh masyarakat .
Pak
Binyamin kerja di TPS ini tidak diberi upah dan gaji, sehingga pada tahun 2012
Pak Binyamin tidak berkerja lagi . Kata Pak Binyamin sebenarnya gaji itu
dikeluarkan oleh Dinas Kebersihan Kota , tapi mandornya tidak menyalurkan.
Pak
Binyamin hanya mendapatkan upah dari masyarakat yang membung sampah disini .
Karena Pak Binyamin juga membantu dalam proses pembersihan kawasan ini . Tapi
tenaga Pak Binyamin juga terbatas . Di usianya yang sudah menginjak kepala 7
(63 tahun) ia tidak dapat terlalu banyak melakukan tindakan yang dapat mengembalikan
kawasan ini menjadi bersih kembali .
Sampah
disini dibuang di pinggir-pinggir jalan . Kemudian juga di buang di di suatu
lahan kosong milik orang . Menurut keterangan Pak Binyamin pemilik lahan tidak
marah ketika masyarakat membuang sampah di lahan miliknya . Karena pemilik
berencana ingin membangun suatu perumahan dan ruko di kawasan ini . Sehingga,
jika sampah di buang kesini akan membuat timbunan sehingga lahan ini menjadi
tinggi .
Bila
kawasan ini memang benar-benar akan dibangun berbagai perumahan. Bagaimana
nasib wilayah ini . Dimana masyarakat harus membuang sampahnya . Sehingga
harapan dari Pak Binyamin adalah semoga Dinas Kebersihan melihat wilayah ini
dan memberikan penanganan segera agar kawasan ini kembali bersih lagi . Karena
kawasan ini benar-benar jauh dari kata indah asri dan bersih . Lahan pertanian
yang sebenarnya dapat membawa kesan hijau , menjadi tercemari karena adanya
sampah-sampah yang dibuang di pinggiran jalan. Kawasan ini juga menjadi becek
jika hujan terus mendera .
Pemandangan
lain yang dapat kita lihat di kawasan Jalan.Perbatasan Metal ini adalah
banyaknya pemulung yang memungut sampah plastik di sini . Ibuk -ibuk ini sangat
membantu untuk mengurangi volume sampah di sini . Sampah plastik yang telah
terkumpul kemudian di jual oleh pemulung-pemulung ini ke tempat pengepul .
Kemudian pengepul membawanya ke tempat pengolahan sampak anorganik . Menurut
informasi, pengolahan sampah anorganik belum ada di daerah Medan ini .
Yang ada adalah pengolahan sampah organik yang
berupa sampah-sampah yang mudah terurai . Pemanfaatan sampah organik akan di
buat kompos . Proses pengolahan kompos akan Saya terangkan pada observasi yang
ketiga yaitu di daerah UPTD TPA Terjun Jalan.Marelan Pasar V.
Gambar.Pemulung di Jalan.Perbatasan Metal
2.1.3 Hasil Observasi di
TPA
Observasi Saya lanjutkan di UPTD TPA
Terjun di Jalan.Marelan Pasar V . Disini merupakan suatu Tempat Pembuangan
Akhir sampah yang telah dikumpulkan oleh semua Dinas Kebersihan seluruh Kota
Medan . Truk-truk atau mobil-mobil sampah yang membawa sampah dari semua
wilayah serta pajak-pajak seluruh kota Medan.
Gambar. UPTD TPA Terjun Jalan.Marelan Pasar V
Luas
lahan di UPTD TPA Terjun ini adalah sangat luas . Luasnya adalah 14 Ha . Tetapi
yang terpakai hanya baru 10 Ha dan sisa lahan kosong yang masih bersih dari
tumpukan sampah adalah 4 Ha .
Sampah
yang datang ke kelurahan Terjun Kecamatan Marelan dalam sehari mencapai ratusan
truk, sampah yang di bawa truk langsung
dituangkan saat mencapai Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun ini .
Gambar.Truk Sampah
Kemudian
sampah-sampah ini segera di serbu oleh para pemulung yang berjumlah kurang
lebih 500 orang . Mereka bereberebut menuju sampah untuk mencari sampah
anorganik seperti sampah yang berbahan plastik , botol-botol kaca maupun
plastik , Kaleng maupun kaca , logam dan bahan sintetis lainnya .
Para
pemulung bekerja mulai pukul 08.00 – 18.00 WIB yang berasal dari warga sekitar
kawasan TPA dan adapula yang berasal dari daerah Pancur Batu . Menurut
informasi yang di dapat dari para pemulung , dalam sehari mereka mendapatkan
penghasilah sebesar Rp.50.000,00 / orang dan yang dari Pancur Batu biasanya
hanya mendapat penghasilan berkisar antara Rp.30.00,00 / orang karena dipotong
biaya transportasi ke tempat TPA .
Gambar.Pemulung Sampah di TPA Terjun
Para
petugas yang membawa alat berat Pemerintahan Kota Medan bekerja sama dengan
perusahaan Jepang untuk kerja sampah ini . Yang menjadi permasalahan yang
paling mendasar di kota Medan ini adalah belum adanya pemisahan sampah yang
dilakukan secara efisien .
Jika sampah anorganik di olah oleh
para pemulung . Lain halnya dengan sampah organik . Di TPA Terjun Jalan.Merelan
Pasar V ini ada pengolahan sampah organik yang di olah menjadi kompos .
Gambar.Tempat Pengomposan Sampah Organik
Gambar.Alat Pengolahan Kompos
Salah satu bentuk kepedulian
sederhana kita terhadap lingkungan dapat kita lakukan secara sederhana dengan
mengelola sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Kompos dan pupuk kandang
merupakan salah satu pupuk alami yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesuburan tanah. Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sampah organik. Cara
pembuatannya pun tidak terlalu rumit, murah, serta tidak perlu banyak peralatan
atau tempat luas. tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak
peralatan dan biaya.
Sampah organik diyakini
sebagai penyumbang terbesar meningkatnya akumulasi sampah berbagai kota di Indonesia
termasuk Medan karena umumnya sampah organik
merupakan komposisi sampah terbesar, yakni sekitar 60-70%. Dilatar belakangi oleh semakin terbatasnya lahan
yang tersedia untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) maka perlu dilakukan
upaya-upaya mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA dimulai dari
sumbernya (rumah tangga). Salah satu upaya mengurangi sampah yang dibuang ke
TPA dapat dilakukan melalui pemanfaatan sampah organik dengan metode
pengomposan.
Pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah organik, yang berprinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan non-organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme berupa bakteri, jamur, juga insekta dan cacing. Sistem pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain menghasilkan produk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahanbaku alami.
Pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah organik, yang berprinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan non-organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme berupa bakteri, jamur, juga insekta dan cacing. Sistem pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain menghasilkan produk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahan
Sampah organik, pada
prinsipnya akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang
hidup di tanah, enzim dan jamur secara alami. Proses peruraian ini memerlukan
kondisi tertentu yaitu suhu, udara dan kelembaban yang tepat. Semakin cocok
kondisinya, maka semakin cepat pembentukan kompos. Bahkan hanya dalam kurun
waktu 4 - 6 minggu sudah
jadi. Sedikit berbeda dengan
penanganan jika sampah organik hanya ditimbun saja. Metode ini membutuhkan
waktu berbulan-bulan untuk menjadi kompos. Hal yang paling penting dalam proses
pengomposan adalah timbulnya panas karena aktivitas mikroba.
Hal ini menandakan bahwa mikroba mengunyah bahan organik dan
merubahnya menjadi kompos. Suhu yang optimal untuk proses pengomposan adalah
45-65 0C.
Adapun jika terlalu panas maka perlu dibolak-balik minimal setiap 7 hari.
Terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan kompos yang sangat
mudah dilakukan, yaitu :
a. Penyiapan wadah pembuatan kompos
Upayakan terbuat dari plastik untuk menghindari karat akibat air lindi kompos. Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air daridalamnya.
b. Penyiapan bahan
Proses awal dari pembuatan kompos bahan
c. Pembuatan tumpukan
Tahapan selanjutnya adalah membuat tumpukan. Sampah organik hasil proses pemilahan ditumpukkan di wadah pengomposan. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila Anda memiliki kotoran binatang, kotoran tersebut bisa ditambahkan pada tumpukan tadi untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah itu kompos sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.
d. Penyiraman
Proses selanjutnya adalah menyiram tumpukan tersebut dengan air secara merata. Proses penyiraman ini dilakukan agar bakteri dapat bekerja secara optimal. Proses ini dilakukan jika tumpukan sampah terlalu kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50- 60% dengan nilai optimal sekitar 55%.
e. Pemantauan suhu
Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan termometer kompos. Cara pemantauan suhu adalah dengan menancapkan termometer ke dalam tumpukan sampah dan biarkan sampai jarum penunjuk suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus dipertahankan pada kisaran 60-70 °C.
f. Pengayakan
Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik.
Hasil dari proses pengayakan ini
adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman
hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk
tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya.
Gambar.Proses
Pengayakan Kompos yang Selesai di Olah
g. Pengemasan
Setelah diayak maka kompos siap untuk dikemas ke dalam karung atau plastik yang kedap air dan bisa disimpan, bisa digunakan sendiri ataupun dipasarkan.Kualitas kompos yang dihasilkan tergantung pada kandungan-kandungan yang ada dalam kompos tersebut. Kualitas kompos juga tergantung pada material-material lain yang dicampurkan dalam materi organik tersebut. Apabila kompos terbuat dari bahan
2.2 Limbah dan Seluk Beluknya
A. Limbah
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan
sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala
rumah tangga, industry, pertambangan. Kehadiran limbah pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis . Oleh sebab itu,
masyarakat kurang menaruh
perhatian akan kedatangan limbah. Terdapat sebuah penelitian yang mengemukakan
bahwa letak septic tank, cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan
dengan sumber air tanah, akan menyebabkan
kualitas air menurun. Dari 636 sampel, 285 titik sampel sumber air tanah telah
tercemar bakteri coli. Secara kimiawi, 75 % dari sumber tersebut tidak memenuhi baku
mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan
mangan. (sumber:pengelolaan limbah industry – Prof. Tjandra Setiadi Wikipedia )
B.
Bentuk-Bentuk Limbah
Pada dasarnya limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industry maupun domestic (rumah
tangga, yang lebih dikenal dengan sampah). Limbah merupakan buangan yang
berbentuk cair, gas, dan padat. Limbah mengandung bahan kimia yang sukar untuk
dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera,
dsb. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
2.3 Jenis-jenis sampah
1. Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
A.
Sampah organik - dapat diurai (degradable)
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos
B.
Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng,
dan sebagainya.
2. Berdasarkan
Sumbernya
Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Sampah alam
2.
Sampah manusia
3.
Sampah konsumsi
3. Berdasarkan
Bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat
atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah
dapat dibagi menjadi :
A.
Sampah
Padat
Sampah padat adalah segala
bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa
sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang
mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan
kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), maka sampah dapat dibagi lagi menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur,
sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh
proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan
digunakan kembali karena memiliki
nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
b) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki
nilai ekonomi dan tidak dapat diolah
atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
B.
Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan
cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat
pembuangan sampah.
1. Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet
dan industri. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya.
2. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Dalam kehidupan manusia,
sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan
sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan
jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik
pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.
C. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di
kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah
ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
D. Sampah
manusia
Sampah manusia (Inggris: human
waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan
manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas,
sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa
dikaitkan dengan polusi.
E. Limbah
radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan
juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak
berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya
bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).
2.4 Pengaruh sampah terhadap
lingkungan hidup
Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar
terhadap lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan
menimbulkan beberapa dampak negatif dan bencana seperti :
1.
Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang
tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut:
- Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
- Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
- Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
- Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
2.
Rusaknya Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan
biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam
organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas
ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
3.
Terjadinya Banjir
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya
daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat
terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat akibat hujan
besar dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang ke dalam got/saluran
air yang menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum disentuh,
berton-ton sampah masuk aliran sungai dan memampatkan aliran dan menyebabkan
polusi sampah di muara pantai,sungai dan danau.
Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian golongan sangat
berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana sampah mengakibatkan banjir dan banjir
mengakibatkan sampah. bukan semata masalah perilaku, namun lebih dalam dari itu
adalah masalah kesejahteraan.
Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat
tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah
resmi yang dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga dengan kebiasaan
warga/penduduk yang tidak mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa
serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang
kurang pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi.
4. Dampak
Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak dyang
apat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial ekonomi adalah :
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
2. Memberikan
dampak negatif terhadap kepariwisataan.
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara
langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung
(tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
5.Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang
tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air.
Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
2.5 Upaya-upaya dalam
pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material
sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan
manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan
sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas ,
atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis
zat.
Praktek
pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke Negara yang lain (sesuai budaya
yang berkembang) , dan hal ini berbeda juga antara daerah perkotaan dengan
daerah pedesaan , serta rberbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah
industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di
area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan
untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh
perusahaan pengolah sampah.
Pengelolaan
sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang
memiliki nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang
tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda
beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan
untuk mengolah, dan ketersediaan area.
Upaya-upaya
dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode
atau cara sebagai berikut :
1.
Melakuakan
Metode Pembuangan dan Penimbunan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai, lubang
bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg
dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang
hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya
angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari penimbunan darat
yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan
tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah
kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan
sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang
terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan
dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk
membangkitkan listrik.
2.
Melakukan Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu
pengampilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan
yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-Ulang
yaitu :
A.
Pengolahan
kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng
minum alumunium, kaleg baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton,
koran, majalah dan kardus . Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah yang
sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari
sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang dapat digunakan
seperti (PVC, LDPE, PP,
dan PS)
juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer
atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan
menurut jenis bahannya.
B.
Pengolahan
kembali secara biologis
Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk
dan gas yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik
secara terkontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme.
Aktivitas mikroorganisme bisa dioptimalisasi pertumbuhannya dengan
pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban udara
(tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik (kandungan
oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang
ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat
memungknkan melibatkan langsung masyarakat sebagai pengelola (basis komunal)
dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (se-Desentralisasi) atau
metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di masyarakat). Hal ini
pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran. Metode ini yang
perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh pemerintah daerah (kab/kota)
Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu
proses pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme
dalam media cair yang berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya
mikroba. Bahan-bahan yang digunakan adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah
organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan peralatan yang
digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang, Termometer, Alat pencacah,
Mesin giling kompos dan Ayakan.
Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah
Green Bin Program (program tong hijau) di toronto ,
kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti sampah dapur dn potongan
tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.
C. Pemulihan energy
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan
panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk menghasilkan
uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua
bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada suhu
tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah
tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi
produk berzat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa
selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi
busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik
langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen).
Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.
3. Melakukan Metode Penghindaran dan
Pengurangan
Sebuah
metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk,
atau dikenal juga dengan “Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk
penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain
produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajak konsumen
untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah sebagai hasil dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada
skala industri, pertambangan
maupun skala rumah tangga, mampu merusak stabilitas ekosistem, mencemari
lingkungan serta member kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit. Limbah
rumah tangga yang notabene dari masyarakat banyak member kontribusi efek
negative dari pembuangan limbah yang dibuang secara sembarangan.
Senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalamnya sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia. Untuk itulah diperlukan pengolahan atau daur ulang limbah
sebagai cara untuk mangurangi resiko pencemaran lingkungan.
Tujuan utama pengolahan limbah ialah untuk
mengurangi kandungan bahan pencemar didalam air terutama senyawa organic,
padatan tersuspensi, mikroba pathogen dan senyawa organic yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat dialam. Dengan kemajuan terknologi
seperti ini, kiranya tidak terlalu susah bagi kita untuk mengupayakan
pengolahan limbah RT sendiri.
3.2 Saran
Limbah rumah tangga yang berjenis anorganik diharap mampu diolah kembali,
meskipun dengan sederhana. Serta menerapkan penempata limbah (sampah) dengan
sesuai jenisnya, apakah limbah organic atau anorganik, agar lebih mudah mendaur
ulang. Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan
kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain
itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai
lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan
yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para
perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996.
Pengelolaan Sampah. Malang : PPPGT / VEDC Malang .
Apriadji, Wied Harry.1994. Memproses sampah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Ary Nilandari. 2006. Aku Bisa Menghemat Listrik. Jakarta : Dian Rakyat.
Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan
Idayu. Jakarta .
Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta . 1998. Laporan Neraca Kualitas Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta .
Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta .
Jakarta .
Djuwendah, E., A. Anwar, J. Winoto, K. Mudikdjo. 1998. Analisis Keragaan
Ekonomi dan Kelembagaan Penanganan Sampah Perkotaan, Kasus di Kotamadya DT II
Bandung Provinsi Jawa Barat. Tesis Program Pascasarjana IPB. Tidak diterbitkan.
Suhadi. 1995. Wiraswasta Sampah. Surabaya :
Bina Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar