Sabtu, 27 September 2014

Kimia Lingkungan


BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi bibit penyakit di kemudian hari.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Apresiasi pemerintah dan masyarakat selalu dituntut untuk melakukan pengelolaan sampah sehingga pada gilirannya sampah dapat diolah secara mandiri dan menjadi sumberdaya. Mencermati fenomena di atas maka sangat diperlukan model pengelolaan sampah yang baik dan tepat dalam upaya mewujudkan perkotaan dan perdesaan yang bersih dan hijau.
1.2 Rumusan masalah

         Rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.   Pengertian pencemaran sampah yang termasuk pencemaran ?
2.   Apa saja jenis-jenis sampah ?
3.   Bagaimanakah pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup ?
4.   Upaya-upaya pengelolaan sampah ?
5.    Pemanfaatan sampah rumah tangga ?

1.3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Selain itu penyusunan ini juga untuk membuka jendela pengetahuan tentang permasalahan pengolahan sampah yang ada saat ini. Harapan penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan semata . Selain itu juga bertujuan sebagai berikut :
1. Mengurangi pengrusakan lingkungan oleh limbah-limbah rumah tangga.
2. Memberikan salah satu solusi cerdas pengolahan limbah rumah tangga.
3. Mengolah limbah rumah tangga menjadi barang yang berdaya guna.
Makalah ilmiah ini disusun, diharapkan dapat emberikan salah satu solusi penanganan limbah rumah tangga sehingga meminimalisir terjadinya pengrusakan lingkungan oleh limbah-limbah rumah tangga.


BAB II. ISI
2.1 Hasil Observasi
            Sebelum kita membahas pengolahan sampah melalui teori . Sekarang Saya akan memaparkan hasil observasi yang telah Saya lakukan jauh hari sebelum Saya membuat makalah ini . Observasi ini Saya lakukan di tiga tempat . Tempat pertama Saya lakukan di Pajak Brayan Jalan.Pertempuran P.Brayan Kota Medan . Observasi yang ke dua Saya lakukan di TPS Jalan.Perbatasan Metal . Observasi yang ke tiga adalah di UPTD TPA Terjun Jalan.Marelan Pasar V .
            2.1.1 Hasil Observasi di Pajak Brayan
Identitas Petugas Pajak
            Nama                           : Darsih
            Umur                            : 40 Tahun
            Tempat Berkerja          : Pajak Brayan
            Lama Bekerja               : Dari 1985 (28 Tahun)
                                                                                          Gambar.Proses Wawancara
            Tugas Buk Darsih adalah menyapu dan mengumpulkan sampah yang berserakan di sekitar Jalan.Pertempuran P.Brayan Kota Medan , di dalam Pajak Brayan . Biasanya tugas menyapu dilakukan oleh Petugas Dinas Kebersihan yang Perempuan . Buk Darsih dalam satu tim ada 3-5 orang . Setelah sampah dikumpulkan kemudian ada Petugas Dinas Kebersihan Laki-laki menggunakan Mobil sampah . Biasanya Mobil sampah berwarna kuning . Sampah yang telah dikumpulkan oleh Buk Darsih kemudian di letakkan di dalam Mobil sampah . Setelah sampah di dalam Mobil penuh kemudian sampah akan di angkut ke TPA .
            Proses Wawancara Saya tidak dapat terlalu lama , karena Buk Darsih harus lanjut lagi menyelesaikan tugasnya . Karena sewaktu Saya mewawancarainya Buk Darsih masih dalam jam kerja . Menurut hasil pengamatan Saya , Buk Darsih dan Timnya sangat bekerja secara efektif mungkin . Karena dari yang Saya lihat di sekitar Jalan.Pertempuran ini sangat bersih dan rapi .






Gambar.Proses Wawancara







Gambar.Petugas Dinas Kebersihan sedang Bertugas
            2.1.2 Hasil Observasi di TPS
            Hasil observasi Saya tidak selesai di Pajak Brayan saja . Saya lanjut pergi ke TPS Jalan.Perbatasan Metal yang menurut informasi yang Saya dapat katanya di tempat ini sampah tidak diolah dan di biarkan menumpuk dan menggunung.
Identitas Petugas
            Nama                           : Binyamin
            Umur                            : 63 Tahun
            Tempat Tinggal : Jalan.Perbatasan Metal Gg.Keluarga
            Tempat Bekerja            : TPS Jalan.Perbatasan Metal
            Lama Bekerja               : Sejak 1997-2012 (15 tahun)








Gambar.Proses Wawancara
            Di TPS Jalan.Perbatasan Metal ini sampah di biarkan menumpuk dan tidak ada upaya dari Dinas Kebersihan . Menurut informasi yang Saya dapat dari Pak Binyamin dulunya di sini ada tong sampah yang besar yang digunakan untuk menampung sampah dari masyarakat . Namun, setahun belakangan ini tong itu di pindahkan ke Brayan sehingga sampah masyarakat di wilayah ini menjadi menumpuk dan dibiarkan tanpa penanganan . Seperti yang dapat kita lihat melalui gambar berikut ini :












Gambar.Suasana di TPS Jalan.Perbatasan Metal
            Seperti yang dapat kita lihat. Pada gambar tersebut sampah – sampah di buang dan dibiarkan menumpuk tanpa ada pengolahan . Kata Pak Binyamin sampah di sini di hantarkan oleh masyarakat disini . Sewaktu Saya observasi kesana Saya melihat ada bangkai anjing yang sengaja di buang oleh masyarakat .
            Pak Binyamin kerja di TPS ini tidak diberi upah dan gaji, sehingga pada tahun 2012 Pak Binyamin tidak berkerja lagi . Kata Pak Binyamin sebenarnya gaji itu dikeluarkan oleh Dinas Kebersihan Kota , tapi mandornya tidak menyalurkan.
            Pak Binyamin hanya mendapatkan upah dari masyarakat yang membung sampah disini . Karena Pak Binyamin juga membantu dalam proses pembersihan kawasan ini . Tapi tenaga Pak Binyamin juga terbatas . Di usianya yang sudah menginjak kepala 7 (63 tahun) ia tidak dapat terlalu banyak melakukan tindakan yang dapat mengembalikan kawasan ini menjadi bersih kembali .
            Sampah disini dibuang di pinggir-pinggir jalan . Kemudian juga di buang di di suatu lahan kosong milik orang . Menurut keterangan Pak Binyamin pemilik lahan tidak marah ketika masyarakat membuang sampah di lahan miliknya . Karena pemilik berencana ingin membangun suatu perumahan dan ruko di kawasan ini . Sehingga, jika sampah di buang kesini akan membuat timbunan sehingga lahan ini menjadi tinggi .
            Bila kawasan ini memang benar-benar akan dibangun berbagai perumahan. Bagaimana nasib wilayah ini . Dimana masyarakat harus membuang sampahnya . Sehingga harapan dari Pak Binyamin adalah semoga Dinas Kebersihan melihat wilayah ini dan memberikan penanganan segera agar kawasan ini kembali bersih lagi . Karena kawasan ini benar-benar jauh dari kata indah asri dan bersih . Lahan pertanian yang sebenarnya dapat membawa kesan hijau , menjadi tercemari karena adanya sampah-sampah yang dibuang di pinggiran jalan. Kawasan ini juga menjadi becek jika hujan terus mendera .

            Pemandangan lain yang dapat kita lihat di kawasan Jalan.Perbatasan Metal ini adalah banyaknya pemulung yang memungut sampah plastik di sini . Ibuk -ibuk ini sangat membantu untuk mengurangi volume sampah di sini . Sampah plastik yang telah terkumpul kemudian di jual oleh pemulung-pemulung ini ke tempat pengepul . Kemudian pengepul membawanya ke tempat pengolahan sampak anorganik . Menurut informasi, pengolahan sampah anorganik belum ada di daerah Medan ini .
             Yang ada adalah pengolahan sampah organik yang berupa sampah-sampah yang mudah terurai . Pemanfaatan sampah organik akan di buat kompos . Proses pengolahan kompos akan Saya terangkan pada observasi yang ketiga yaitu di daerah UPTD TPA Terjun Jalan.Marelan Pasar V.









Gambar.Pemulung di Jalan.Perbatasan Metal

            2.1.3 Hasil Observasi di TPA
            Observasi Saya lanjutkan di UPTD TPA Terjun di Jalan.Marelan Pasar V . Disini merupakan suatu Tempat Pembuangan Akhir sampah yang telah dikumpulkan oleh semua Dinas Kebersihan seluruh Kota Medan . Truk-truk atau mobil-mobil sampah yang membawa sampah dari semua wilayah serta pajak-pajak seluruh kota Medan.










Gambar. UPTD TPA Terjun Jalan.Marelan Pasar V
            Luas lahan di UPTD TPA Terjun ini adalah sangat luas . Luasnya adalah 14 Ha . Tetapi yang terpakai hanya baru 10 Ha dan sisa lahan kosong yang masih bersih dari tumpukan sampah adalah 4 Ha .
            Sampah yang datang ke kelurahan Terjun Kecamatan Marelan dalam sehari mencapai ratusan truk,  sampah yang di bawa truk langsung dituangkan saat mencapai Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun ini .








Gambar.Truk Sampah
            Kemudian sampah-sampah ini segera di serbu oleh para pemulung yang berjumlah kurang lebih 500 orang . Mereka bereberebut menuju sampah untuk mencari sampah anorganik seperti sampah yang berbahan plastik , botol-botol kaca maupun plastik , Kaleng maupun kaca , logam dan bahan sintetis lainnya .
            Para pemulung bekerja mulai pukul 08.00 – 18.00 WIB yang berasal dari warga sekitar kawasan TPA dan adapula yang berasal dari daerah Pancur Batu . Menurut informasi yang di dapat dari para pemulung , dalam sehari mereka mendapatkan penghasilah sebesar Rp.50.000,00 / orang dan yang dari Pancur Batu biasanya hanya mendapat penghasilan berkisar antara Rp.30.00,00 / orang karena dipotong biaya transportasi ke tempat TPA .





Gambar.Pemulung Sampah di TPA Terjun     
            Para petugas yang membawa alat berat Pemerintahan Kota Medan bekerja sama dengan perusahaan Jepang untuk kerja sampah ini . Yang menjadi permasalahan yang paling mendasar di kota Medan ini adalah belum adanya pemisahan sampah yang dilakukan secara efisien .
            Jika sampah anorganik di olah oleh para pemulung . Lain halnya dengan sampah organik . Di TPA Terjun Jalan.Merelan Pasar V ini ada pengolahan sampah organik yang di olah menjadi kompos .

           




Gambar.Tempat Pengomposan Sampah Organik











Gambar.Alat Pengolahan Kompos
            Salah satu bentuk kepedulian sederhana kita terhadap lingkungan dapat kita lakukan secara sederhana dengan mengelola sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Kompos dan pupuk kandang merupakan salah satu pupuk alami yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sampah organik. Cara pembuatannya pun tidak terlalu rumit, murah, serta tidak perlu banyak peralatan atau tempat luas. tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya.

            Sampah organik diyakini sebagai penyumbang terbesar meningkatnya akumulasi sampah berbagai kota di Indonesia termasuk Medan karena umumnya sampah organik merupakan komposisi sampah terbesar, yakni sekitar 60-70%. Dilatar belakangi oleh semakin terbatasnya lahan yang tersedia untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) maka perlu dilakukan upaya-upaya mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA dimulai dari sumbernya (rumah tangga). Salah satu upaya mengurangi sampah yang dibuang ke TPA dapat dilakukan melalui pemanfaatan sampah organik dengan metode pengomposan.

            Pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah organik, yang berprinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan non-organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme berupa bakteri, jamur, juga insekta dan cacing. Sistem pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain menghasilkan produk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahan baku alami.
            Sampah organik, pada prinsipnya akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur secara alami. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu yaitu suhu, udara dan kelembaban yang tepat. Semakin cocok kondisinya, maka semakin cepat pembentukan kompos. Bahkan hanya dalam kurun waktu 4 - 6 minggu sudah jadi. Sedikit berbeda dengan penanganan jika sampah organik hanya ditimbun saja. Metode ini membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menjadi kompos. Hal yang paling penting dalam proses pengomposan adalah timbulnya panas karena aktivitas mikroba.
Hal ini menandakan bahwa mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi kompos. Suhu yang optimal untuk proses pengomposan adalah 45-65 0C. Adapun jika terlalu panas maka perlu dibolak-balik minimal setiap 7 hari.

Terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan kompos yang sangat mudah dilakukan, yaitu :

a.    Penyiapan wadah pembuatan kompos

            Upayakan terbuat dari plastik untuk menghindari karat akibat air lindi kompos. Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air daridalamnya.

b.    Penyiapan bahan baku kompos

            Proses awal dari pembuatan kompos bahan baku berupa sampah organik. Yang dimaksud dengan sampah organik di sini adalah sampah sisa-sisa buangan dapur seperti sisa nasi, sayuran, buah-buahan, daun tanaman dan sampah organik sejenis lainnya. Untuk menghasilkan sampah organik yang bersih maka harus dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non-organik. Pemilahan ini dilakukan karena  sampah anorganik dapat mempersulit proses pengomposan. Untuk mempermudah proses pengomposan, sampah yang masih berbentuk memanjang terlebih dahulu dipotong-potong secara manual hingga mencapai ukuran ± 5 cm.

c.    Pembuatan tumpukan
 
            Tahapan selanjutnya adalah membuat tumpukan. Sampah organik hasil proses pemilahan ditumpukkan di wadah pengomposan. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila Anda memiliki kotoran binatang, kotoran tersebut bisa ditambahkan pada tumpukan tadi untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah itu kompos sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.

d.    Penyiraman

            Proses selanjutnya adalah menyiram tumpukan tersebut dengan air secara merata. Proses penyiraman ini dilakukan agar bakteri dapat bekerja secara optimal. Proses ini dilakukan jika tumpukan sampah terlalu kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50- 60% dengan nilai optimal sekitar 55%.

e.    Pemantauan suhu

            Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan termometer kompos. Cara pemantauan suhu adalah dengan menancapkan termometer ke dalam tumpukan sampah dan biarkan sampai jarum penunjuk suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus dipertahankan pada kisaran 60-70 °C.

f.    Pengayakan
 
    Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik.
Hasil dari proses pengayakan ini adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya.







Gambar.Proses Pengayakan Kompos yang Selesai di Olah
g.    Pengemasan

            Setelah diayak maka kompos siap untuk dikemas ke dalam karung atau plastik yang kedap air dan  bisa disimpan, bisa digunakan sendiri ataupun dipasarkan.Kualitas kompos yang dihasilkan tergantung pada kandungan-kandungan yang ada dalam kompos tersebut. Kualitas kompos juga tergantung pada material-material lain yang dicampurkan dalam materi organik tersebut. Apabila kompos terbuat dari bahan baku sampah organik, maka pemilahan harus dilakukan secara ketat sehingga bahan-bahan yang merugikan terhadap kualitas pupuk kompos dapat dihindari. Ciri-ciri kompos yang yang berkualitas baik antara lain tidak berbau (bau tanah), warna coklat kehitaman, PH netral, rasio karbon/nitrogen: 15 – 20, kadar air kompos ± 30 % serta bebas bakteri patogen.
2.2 Limbah dan Seluk Beluknya
A. Limbah
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industry, pertambangan. Kehadiran limbah pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis . Oleh sebab itu, masyarakat kurang menaruh perhatian akan kedatangan limbah. Terdapat sebuah penelitian yang mengemukakan bahwa letak septic tank, cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan dengan sumber air tanah, akan menyebabkan kualitas air menurun. Dari 636 sampel, 285 titik sampel sumber air tanah telah tercemar bakteri coli. Secara kimiawi, 75 % dari sumber tersebut tidak memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan mangan. (sumber:pengelolaan limbah industry – Prof. Tjandra Setiadi Wikipedia )
B. Bentuk-Bentuk Limbah
Pada dasarnya limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industry maupun domestic (rumah tangga, yang lebih dikenal dengan sampah). Limbah merupakan buangan yang berbentuk cair, gas, dan padat. Limbah mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dsb. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.




2.3 Jenis-jenis sampah

1.      Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

 

A.     Sampah organik - dapat diurai (degradable)

Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos

B.     Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

      Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, dan sebagainya.

2.      Berdasarkan Sumbernya

 

Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

1.      Sampah alam
2.      Sampah manusia
3.      Sampah konsumsi
4.      Sampah nuklir
5.      Sampah industri
6.      Sampah pertambangan.

3.      Berdasarkan Bentuknya

 

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :

A.         Sampah Padat

 

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah dapat dibagi lagi menjadi:

1.      Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2.      Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
                  a)       Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali     karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan       lain-lain.
                  b)       Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan    tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper,         thermo coal dan lain-lain.

B.     Sampah Cair

 

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
1.       Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
2.       Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.

 

C.     Sampah alam

 

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

 

D.     Sampah manusia

 

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.





E.      Limbah radioaktif

 

Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).

2.4 Pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup

Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan  menimbulkan beberapa dampak negatif dan bencana seperti :

1.       Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
  1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
  2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
  3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
  4. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2.       Rusaknya Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

3.       Terjadinya Banjir

Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat akibat hujan besar dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang ke dalam  got/saluran air yang menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum disentuh, berton-ton sampah masuk aliran sungai dan memampatkan aliran dan menyebabkan polusi sampah di muara pantai,sungai dan danau.
Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian golongan  sangat berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana sampah mengakibatkan banjir dan banjir mengakibatkan sampah. bukan semata masalah perilaku, namun lebih dalam dari itu adalah masalah kesejahteraan.
Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah resmi yang dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang kurang pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi.

4.       Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak dyang apat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial ekonomi adalah :

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
5.Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.





2.5 Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke Negara yang lain (sesuai budaya yang berkembang) , dan hal ini berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , serta rberbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan area.

Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode  atau cara sebagai berikut :

1.      Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.  Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

2.      Melakukan Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-Ulang yaitu :

A.     Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas  paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium, kaleg baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

B.     Pengolahan kembali secara biologis

Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik secara terkontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik (kandungan oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungknkan melibatkan langsung masyarakat sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (se-Desentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di masyarakat). Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran. Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh pemerintah daerah (kab/kota)
Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam media cair yang berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang, Termometer, Alat pencacah, Mesin giling kompos dan Ayakan.
Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti sampah dapur dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

C. Pemulihan energy

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

3.      Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk, atau dikenal juga dengan “Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah sebagai hasil dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala industri, pertambangan maupun skala rumah tangga, mampu merusak stabilitas ekosistem, mencemari lingkungan serta member kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit. Limbah rumah tangga yang notabene dari masyarakat banyak member kontribusi efek negative dari pembuangan limbah yang dibuang secara sembarangan. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalamnya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk itulah diperlukan pengolahan atau daur ulang limbah sebagai cara untuk mangurangi resiko pencemaran lingkungan.
Tujuan utama pengolahan limbah ialah untuk mengurangi kandungan bahan pencemar didalam air terutama senyawa organic, padatan tersuspensi, mikroba pathogen dan senyawa organic yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat dialam. Dengan kemajuan terknologi seperti ini, kiranya tidak terlalu susah bagi kita untuk mengupayakan pengolahan limbah RT sendiri.
3.2 Saran
Limbah rumah tangga yang berjenis anorganik diharap mampu diolah kembali, meskipun dengan sederhana. Serta menerapkan penempata limbah (sampah) dengan sesuai jenisnya, apakah limbah organic atau anorganik, agar lebih mudah mendaur ulang. Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.
DAFTAR PUSTAKA

Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996. Pengelolaan Sampah. Malang : PPPGT / VEDC Malang.

Apriadji, Wied Harry.1994. Memproses sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ary Nilandari. 2006. Aku Bisa Menghemat Listrik. Jakarta : Dian Rakyat.

Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan Idayu. Jakarta.

Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. 1998. Laporan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Jakarta.

Djuwendah, E., A. Anwar, J. Winoto, K. Mudikdjo. 1998. Analisis Keragaan Ekonomi dan Kelembagaan Penanganan Sampah Perkotaan, Kasus di Kotamadya DT II Bandung Provinsi Jawa Barat. Tesis Program Pascasarjana IPB. Tidak diterbitkan.

Suhadi. 1995. Wiraswasta Sampah. Surabaya: Bina Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar